Mengenai Saya

Foto saya
Baik hati,apa adanya,rajin menabung buat masa depan nantinya.

Minggu, 04 Juli 2010

Parasitologi

PENDAHULUAN
Entomologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang vektor , kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh artopoda. Entomon artinya serangga dan logos artinya ilmu.
Artopoda mempunyai 4 tanda morfologi yang jelas, yaitu badan beruas-ruas, umbai-umbai beruas-ruas, mempunyai eksoskalet dan bentuk badan simetris bilateral. Sebelah luar badan serangga dilapisi oleh kitin yang pada bagian tertentu mengeras dan membentuk eksoskelet yang berfungsi sebagai penguat tubuh, pelindung alat dalam, tampak melekat otot, pengatur penguapan air dan penerus rangsang yang berasal dari luar badan. Umbai-umbai tumbuh menurut fungsinya : pada kepala tumbuh menjadi antenna dan mandibula, pada toraks menjadi kaki dan sayap, pada abdomen menjadi kaki pengayuh. Seperti pada hewan vertebrata, artopoda juga mempunyai system pencernaan, pernapasan ( dengan trakea ), saraf ( otak dan ganglion ), peredaran darah ( terbuka ) dan system reproduksi.
Selama pertumbuhannya serangga mengalami perubahan bentuk yang disebut metamorphosis. Metamorphosis sempurna mempunyai stadium telur – larva – pupa – dewasa. Antara tingkat muda dan dewasa ada perbedaan morfologi yang jelas, disertai perbedaan biologi (tempat hidup dan makanan). Pada metamorphosis tidak sempurna dijumpai telur – ( larva ) – nimfa – dewasa. Morfologi serta biologi bentuk muda dan dewasa hamper sama.
Peran artopoda dalam ilmu kedokteraan, dibagi dalam beberapa golongan, yaitu yana menularkan penyakit ( vektor dan hospes perantara ), yang menyebabkan penyakit ( parasit ), yang menimbulkan kelainan karena toksin yang dikeluarkan, yang menyebabkan alergi pada orang yang rentan dan yang menimbulkan entomofobia.
Serangga dapat menularkan penyakit melalui beberapa cara. Penularannya secara mekanik berlangsung dari penderita ke orang lain dengan perantaraan bagian luar tubuh serangga. Misalnya, telur cacing, kista protozoa dan bakteri usus dapat dipindahkan dari tinja ke makanan melalui kaki atau badan lalat rumah. Penularan secara biologic dilakukan setelah parasit/ agen yang diisap serangga vektor mengalami proses biologic dalam tubuh vektor. Bila di dalam tubuh vektor, parasit ( virus, bakteri, spirokaeta ) hanya membelah diri menjadi banyak, penularan ini, disebut penularan propagatif.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Filariasis
Adalah penyakit menular ( penyakit kaki gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori ) yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk (Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Anmigeres). Penyakit ini bersifat manahun (kronis) dan bila tidak berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan selatan. Selain itu juga ditemukan di berbagai daerah dataran rendah yang berawa dengan hutan-butan belukar yang umumnya di pedesaan di luar Jawa-Bali dan daerah perkotaan juga ditemukan filariasis. Filariasis yang menyerang daerah perkotaan yaitu filariasis brancofti dan ditularkan melalui vektor nyamuk Culex quinquefasciatus sedangkan di daerah pedesaan filariasis ditularkan oleh Anopheles sp, Aedes sp, dan Mansonia sp.

2. Siklus hidup
Siklus hidup Cacing Filaris
Melalui dua tahap, yaitu :
• Tahap pertama, perkembangan cacing filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vektor yang masa pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu
• Tahap kedua, perkembangan cacing filarial dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7 bulan
Siklus hidup cacing filarial dalam tubuh nyamuk
Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terkena filariasis, sehingga microfilaria yang terdapat di tubuh penderita ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria yang masuk ke paskan sarung pembungkusnya, kemudian mikrofloria menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot dada (toraks).
Bentuk cacing filaris menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih 1 minggu, larva ini berganti kulit, tumbuh akan lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke-10 dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh semakin panjang dan lebih kurus, ini sering disebut larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi (pindah), mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dank e alat tusuk nyamuk.
Perkembangan filaria dalam tubuh manusia
Siklus hidup cacing filarial dalam tubuh manusia terjadi apabila nyamuk yang mengandung microfilaria ini menggigit manusia. Maka microfilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secar aktif masuk ke dalam tubuh manusia (hospes).
Bersama-sama dengan aliran darah pada tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh darah kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Di dalam pembuluh limfe, larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering di sebut larva stadium IV dan V. Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan yang penyakit ini dikenal dengan penyakit kaki gajah.
3. Vektor peyebaran filariasis
Di golongkan menjadi dua macam, yaitu vektor filariasis Limfatik dan Non Limfatik.
Vektor Limfatik
Nyamuk anophelini dan non anophelini dapat berperan sebagai vektor filariasis limfatik pada manusia dan binatang. Di Indonesia, ditemukan 3 jenis parasit nematoda penyebab filariasis limfatik pada manusia, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Parasit ini tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia oleh berbagai spesies nyamuk yang termasuk dalam genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Anmigeres. Beberapa spesies Anopheles, Aedes, dan Culex menjadi vektor filariasis bancofti dapat ditularkan oleh berbagai spesies Anopheles seperti An.aconitus, An.bancrofti, An.farauti dll. Vektor utama filariasis malayi ialah spesies Anopheles, Mansonia, dan coquilettidia seperti Mansonia uniformis, Coquilettidia crasspes (tipe zoofilik = subperiodik nokturna) An.barbirostri, An.nigerrimus (tipe antropofilik = periodik nokturna), sedangkan vektor utama filariasis timori ialah An.barbirotris.

Morfologi Non Anophelini/ Culicini
Nyamuk Non Anophelini dapat dikenal dari morfologinya dengan memperhatikan bagian-bagian badannya. Telur Non Anophelini yang diletakkan satu per satu atau berkelompok membentuk rakit, mempunyai bermacam-macam bentuk. Ada yang berbentuk lonjong dengan kedua ujung sedikit lancip dan berdinding yang menggambarkan anyaman kain kasa (Aedes), ada juga yang menyerupai peluru senapan (Culex) dan ada pula yang mirip duri atau sasaran untuk pelemparan bola bowling (Mansonia). Larva Non Anophelini yang tampak tergantung pada permukaan air mempunyai bagian-bagian badan yang morfologinya khas, sifon yang mengandung bulu-bulu sifon dan pekten, sisir atau comb dengan gigi-gigi sisir, segmen anal dengan pelana.
Stadium pupa Culicini mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan panjang dan sempit, digunakan untuk pengambilan oksigen. Pada stadium dewasa nyamuk Cucilini betina, palpinya lebih pendek daripada probosinya, sedangkan pada nyamuk Culicini jantan, palpinya melebihi panjang probosisnya. Sisik sayapnya ada yang lebar dan asimetris (Mansonia), ada pula yang sempit dan panjang (Aedes, Culex).
Daur Hidup
Seperti juga pada nyamuk Anophelini, nyamuk Non Anophelini mengalami metamorphosis sempurna, tetapi waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa lebih pendek (1 – 2 minggu). Tempat perindukan Non Anophelini berbeda dari tempat perindukan Anophelini. Non Anophelini dapat bertelur di tempat-tempat perindukan berair jernih maupun berair keruh.
Perilaku Non Anophelini
Nyamuk Non Anophelini mempunyai kebiasaan menghisap darah hospes pada malam hari saja (Culex), ada yang penghisapan darahnya dilakukan pada siang hari dan malam hari (Mansonia) dan ada juga yang hanya pada siang hari (Aedes).
Jarak terbang Cucilini biasanya pendek mencapai rata-rata beberapa puluh meter saja, walaupun ada yang jarak tebangnya jauh kira-kira 30 km (Aedes vexans).
Epidemiologi filariasis
Perilaku nyamuk sebagai vektor filariasis menentukan penyebaran penyakit filaria dan timbulnya daerah endemi filariasis. Diantara perilaku vektor tersebut adalah :
• Derajat infeksi alami hasil pembedahan nyamuk alam/liar yang tinggi
• Sifat antropofilik dan zoofilik yang meningkatkan jumlah sumber infeksi
• Umur nyamuk yang panjang sehingga mampu mengembangkan pertumbuhan larva mencapai stadium infektif untuk disebarkan/ditularkan
• Dominasi terhadap spesies nyamuk lainnya yang ditunjukkan dengan kepadatan yang tinggi di suatu daerah endemic
• Mudahnya menggunakan tempat-tempat air sebagai tempat perindukan yang sesuai untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa.
Seperti juga upaya pemberantasan penyakit malaria, pemberantasan penyakit filariasis dapat dilakuakan melalui berbagai cara :
• Pengobatan semua penderita filariasis
• Upaya pengendalian vektor dengan cara yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang mahal
• Perlindungan pencegahan terhadap gigitan vektor
• Meningkatkan pengetahuan rakyat mengenai penyakit filariasis dan penularannya, sehingga rakyat dapat berpartisipasi dalam pemberantasan penyakit ini.

Vektor Filariasis Non Limfatik
Vektor filariasis non limfatik ialah lalat yang termasuk dalm ordo Diptera dari kelas Insecta, yaitu genus Simulium dan Chrysops. Simulium mempunyai badan berukuran 2-3 mm, yang menghisap darah biasanya lalat betina yang aktif pada pagi hari dan sore hari. Simulium damnosum berperan sebagai vektor biologik onkosersiasis yang disebabkan oleh Onchocerca volvulus di Afrika, parasit ini menyebabkan kebutaan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di Afrika.
Chrysops badannya sebesar lalt rumah, lalat jantan umumnya mengisap sari tumbuh-tumbuhan sebagai makanan, sedangkan lalat betina mempunyai tipe mulut piercing-sucking dan menghisap darah. Lalat ini aktif menyerang manusia pada pagi dan sore hari. Cacing filarial Loa Loa yang menyebabkan Loaiasis di Afrika ditularkan oleh Chrysops silacea dan C. dimidiate. Selain kedua spesies tersebut juga dilaporkan bahwa microfilaria Loaloa dapat berkembang normal dalam Chrysops centurionis, C.longicornis dan C.distinctipennis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar